-->

Pengaruh Global Beijing dan Parade Militer Besar dalam Perspektif AS

Pengaruh Global Beijing dan Parade Militer Besar dalam Perspektif AS

Dede Farhan Aulawi

Oleh: Dede Farhan Aulawi

Ada peristiwa menarik pada hari Rabu (3/9), ketika sebanyak 24 pemimpin negara hadir dalam parade militer besar-besaran di Beijing. Acara ini menjadi ajang bagi Presiden China, Xi Jinping, untuk menegaskan pengaruh global Beijing serta perannya sebagai kekuatan penyeimbang Amerika Serikat (AS). Dua tamu kehormatan yang paling mencuri perhatian adalah Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, yang duduk berdampingan dengan Xi. Kehadiran keduanya dianggap sebagai simbol terbentuknya poros baru aliansi non-Barat.

Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, juga hadir dalam peringatan 80 tahun pemerintahan China tersebut. Ia duduk di barisan depan bersama para pemimpin dunia, tepat di sebelah kanan Putin. Sementara di sisi Putin tampak Xi Jinping dan istrinya, Peng Liyuan. Parade militer kali ini sukses menarik perhatian dunia internasional, termasuk Amerika Serikat. Dari sudut pandang AS, parade militer China dapat dilihat dari berbagai sudut — strategis, politis, dan militer.

Pada kesempatan ini, saya mencoba mengulasnya melalui beberapa variabel penting.

Pertama, indikator modernisasi dan ambisi militer.


Bagi AS, parade militer China sering dijadikan tolok ukur untuk menilai:

  • Kemajuan modernisasi militer Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), termasuk pameran teknologi mutakhir seperti rudal hipersonik (DF-17), drone tempur, dan sistem anti-satelit.

  • Indikasi niat strategis Beijing. Parade ini dilihat sebagai bentuk komunikasi tidak langsung untuk menegaskan kekuasaan atas Taiwan dan Laut China Selatan, serta memperlihatkan kemampuan militer global. Modernisasi PLA dianggap sebagai langkah mengurangi dominasi militer AS di kawasan Indo-Pasifik, sekaligus upaya mengubah tatanan internasional berbasis aturan (rules-based order).

Kedua, pesan politik dan propaganda.


Dalam pandangan AS, parade militer China tidak hanya menunjukkan kekuatan militer, tetapi juga berfungsi sebagai alat propaganda domestik untuk memperkuat legitimasi Partai Komunis China (PKC) dan membangkitkan semangat nasionalisme. Di tingkat global, parade tersebut menjadi sinyal politik yang menegaskan bahwa China adalah kekuatan besar yang layak diperhitungkan. AS memandang langkah ini sebagai bagian dari strategi sharp power — penggunaan kekuatan budaya dan informasi untuk membentuk opini dunia demi kepentingan Beijing.

Ketiga, ancaman terhadap stabilitas regional.


AS sering mengaitkan parade militer China dengan meningkatnya ancaman terhadap Taiwan, militerisasi di Laut China Selatan, serta tekanan terhadap negara-negara Asia Tenggara dan Jepang. Akibatnya, AS terdorong memperkuat kerja sama keamanan dengan sekutu dan mitra di kawasan, seperti Jepang, Australia, India (melalui Quad), dan Filipina.

Keempat, kompetisi teknologi dan senjata strategis.


AS juga menilai parade militer China sebagai ajang untuk menganalisis kemajuan teknologi pertahanan negeri itu, termasuk sistem anti-akses/area denial (A2/AD), rudal jarak jauh, dan teknologi ruang angkasa. Selain itu, parade tersebut menjadi bahan evaluasi atas kesiapan China menghadapi potensi konflik besar di Taiwan maupun di kawasan Indo-Pasifik. Sebagai tanggapan, AS terus meningkatkan investasi pada teknologi militer seperti kecerdasan buatan (AI), rudal hipersonik, pertahanan siber, dan sistem luar angkasa.

Langkah-langkah nyata yang dilakukan AS sebagai respon atas unjuk kekuatan militer China antara lain:

  • Meningkatkan anggaran pertahanan, terutama untuk Komando Indo-Pasifik (Indo-Pacific Command).

  • Menggelar latihan militer bersama sekutu, seperti RIMPAC dan Malabar.

  • Menempatkan kekuatan militer strategis di wilayah Guam, Jepang, dan Filipina.

  • Melakukan pendekatan diplomatik untuk membentuk koalisi dalam menghadapi perilaku koersif China.

Dengan demikian, dari perspektif Amerika Serikat, parade militer China bukan sekadar perayaan nasional, melainkan alat komunikasi strategis yang mencerminkan ambisi global Beijing, tekanan terhadap status quo internasional, serta potensi ancaman terhadap kepentingan dan sekutu AS. Tak heran jika parade tersebut menjadi perhatian serius Pentagon, intelijen, dan komunitas keamanan nasional AS, sebagai bagian dari upaya memahami secara mendalam kebangkitan kekuatan militer China.

___________________

pengaruh global beijing, parade militer china, perspektif amerika serikat terhadap china, xi jinping parade militer, modernisasi militer china, hubungan china dan amerika serikat, prabowo subianto di beijing, kekuatan militer china, geopolitik asia timur, aliansi non barat, rudal hipersonik df-17, people’s liberation army, hubungan china rusia korea utara, tatanan internasional baru, kekuatan global beijing, kebangkitan militer china, perang dingin baru, laut china selatan, ancaman terhadap taiwan, kebijakan luar negeri as, analisis parade militer china 2025, pengaruh geopolitik china di asia pasifik, rivalitas china dan amerika serikat, diplomasi pertahanan indo-pasifik, strategi sharp power china, kerja sama keamanan quad, pertahanan amerika di asia, teknologi militer dan rudal hipersonik, hubungan internasional asia tenggara, kebijakan militer beijing terbaru

0 Response to "Pengaruh Global Beijing dan Parade Militer Besar dalam Perspektif AS"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel